Ada apa dengan Dinda? Dinda siapa? Menjelang libur panjang Paskah kemarin, di media sosial beredar screenshot seorang cewek bernama Dinda. Dinda melontarkan kekesalannya karena harus memberi tempat duduk pada ibu hamil di kereta. Entah siapa temannya di PATH yang iseng menyebarkan screenshot komentarnya sehingga berhujananlah hujatan pada Dinda,
Jujur aja nih, gue juga merasakan hal yang sama dengan Dinda. Gue mengaku, belum bisa berbesar hati setiap pagi dan sore; ketika pulang dan berangkat kerja, memberi tempat duduk untuk wanita hamil. Kalau bus tidak dalam keadaan yang super duper padat, gue sih dengan rela hati memberikan tempat duduk. Apalagi untuk lansia. Tapi kalau bus sedang padat dan memang lagi gak mau memberi tempat duduk, melihat ibu hamil gue langsung was-was. Mau ngasih tempat duduk rasanya gak rela. Gak ngasih kok gak enak juga... Gak mencari-cari alasan kok. Kalau gue sedang gak rela, gue akan tetap duduk sampai ada petugas yang menegur. Atau si ibu hamil itu yang meminta. Kalau gue NYARIS duduk tapi karena ada ibu hamil...ya apa boleh buat... berdirilah gue sampai di tempat tujuan.
Untuk melontarkan kekesalan seperti yang dilakukan Dinda, well...jelaslah gak mungkin. KArena gue sadar, seharusnya gue bisa mengalah. Apalagi kalau kondisi tubuh sedang fit. Tapi, jika gue sedang capek dan egoisnya kumat, maka gue berusaha mencari jalan lain agar bisa tetap duduk.