Blog berisi curhatan si lajang

Sabtu, 26 Juli 2014

Tampang Dan Prestasi

“Enak ya punya tampang cakep dan body keren,” kurang lebih begitulah kata seorang teman gue beberapa waktu lalu.
“Lho, kok tau-tau ngomong begitu?” soalnya kami berdua yang tampangnya gak kece dan body jelas gak okeh, berpegang pada prinsip muka gak penting karena yang utama adalah keahlian kerja. Walau gak jelas juga keahlian kerja kami berdua itu apa ya? Okay. Lanjut.

Lalu meluncurlah cerita dari mulutnya, mengenai perdebatan antara dia dan rekan bisnis yang berasal dari luar (negaranya gak perlu dikasih tahulah). Teman gue itu sama-sama cewek dan si rekan bisnis adalah seorang bapak. Awalnya mereka mengobrol soal pekerjaan dan berlanjut dengan soal tenaga kerja. Si bapak ini mengatakan kalau ia lebih suka menerima pegawai yang cantik dan bahenol di perusahaannya. Dan kalau si cantik itu melamar berbarengan dengan calon lainnya yang kebetulan kurang okeh secara fisik, maka si cantik itulah yang akan diterima. Teman saya tentu saja protes keras. Ia mengatakan, bagaimana mungkin bapak tersebut main langsung terima yang cantik tanpa peduli keahlian kerja dan latar belakang pendidikannya? Dan jawaban si bapak itu adalah…
“Ah, pekerjaan itu kan bisa dilakukan karena orang terbiasa. Awal-awal kerja semua orang juga pasti belum mengerti mau melakukan apa. Nah, sama saja kan berarti dengan menerima yang jelek ataupun yang cantik? Saya sama-sama tidak tahu kemampuan mereka nanti. Jadi daripada mata saya sakit, lebih baik saya menerima yang cantik saja dong!”
Gubrak….

Untuk beberapa pekerjaan, gue harus mengakui tampang dan penampilan keren memang diperlukan. Model, SPG produk saat pameran, pramuniaga, usher, customer service (mungkin supaya customer bisa melunak sedikit sambil terus memandang si cs yang kece). But IMHO, ada banyaaaak pekerjaan yang sama sekali gak membutuhkan tampang kece. Okeh, tampang sama bodi keren itu bisa jadi bonus. Tapi kayaknya gak penting-penting amat untuk jabatan di pemerintahan ataupun aparat negara. Bahkan buat gue, customer service di bank pun gak penting kece atau enggak. Yang penting orangnya friendly dan bisa membantu memberi solusi masalah kayak misalnya ATM ketelen and so on.

Makanya gue suka heran kalau ada yang sampai heboh liat polisi cakep, politisi cakep, tentara cakep, polisi bisa nyanyi, halaaaah…. Itu kelebihan mereka, tapi sebenarnya passion mereka dalam hidup itu apa? Jadi abdi negara yang dengan segala resiko dan mungkin penghasilan yang cukup-cukup aja? Passionnya di bidang seni? Atau di bidang kulinari? Atau malah modeling? Jadi abdi negara prestasinya ke masyarakat ada gak selain bikin adem mata pas ngeliatin mereka? Kenapa tampang jadi super penting banget untuk semua pekerjaan termasuk aparat negara?

Kalau prestasi gak penting tapi yang dilihat hanya tampang, perkiraan gue akan semakin banyak orang yang memilih jadi dokter bedah plastic di kemudian hari. Mungkin kelak Indonesia bisa menyusul negara tetangganya Thailand dan juga Korea. Kedua negara ini sudah menjadi tujuan pariwisata yang bukan sekedar hanya jalan-jalan tapi juga untuk mempercantik diri. Termasuk oplas. Gak bisa gue bayangin suatu saat ada wartawan nanya ke remaja-remaja yang tengah antri mau oplas dan jawaban mereka ketika ditanya alasannya adalah,” Karena untuk diterima bekerja saat ini yang dilihat bukan prestasi tapi wajah…”

Miris kan?Atau mungkin karena gue sirik aja berhubung gak kece? Heheheheheh….

Rabu, 23 Juli 2014

New President Republic of Indonesia


Memang tidak ada yang singkat dalam usaha mencapai sesuatu... Diawali dengan isu santer kalau Jokowi akan mencalonkan (atau menurut banyak orang, dicalonkan sama ketua partainya untuk dijadikan boneka dalam pemerintahan) diri sebagai presiden (berita disini) . Lalu akhirnya berita itu resmi juga ketika Jokowi menyatakan diri maju menjadi calon presiden periode 2014 - 2019 (berita disini).

Gue yang tadinya udah rada males untuk ikut pemilihan caleg (walau pasti akhirnya bakal ikut nyoblos juga), akhirnya jadi nyari tau sana sini. Kalau Jokowi jadi presiden, prestasinya apa saja selama ini? Terus, bagaimana dengan Jakarta? Bukankah dia sudah janji mau beresin Jakarta dulu? Tapi pikir punya pikir, jarang-jarang baca di berita tentang orang yang punya prestasi di media (disini). Padahal pasti adalah tapi yang dimuat di media kebanyakan berita tentang aparat negara yang korupsi. Dan karena sepertinya bapak yang satu ini mulai sering diberitakan, mulai deh melipir ke internet. Karena gue gak punya kliping dari media seperti koran atau majalah. Jadi deh setujuuuu Jokowi mencalonkan diri dan itu artinya harus memilih caleg dari PDIP agar mereka memenangkan PEMILU. Mulai deh bingung, calon yang mana nih? Gue kenal juga enggak. Info tentang mereka di internet juga sedikit. Ribet ya ternyata....

Senin, 07 Juli 2014

Goodbye Hanaru


Tahun 2014 ini gue kehilangan 3 kucing ... Yang terakhir kucing yang sudah berusia 1 tahun 1 bulan (18 May 2013 - 07 July 2014) akhirnya setelah sakit 4 hari.

Gak bisa banyak ngomong karena sedang sedih... Just wanna say goodbye and thank you for being with me and my family. Thank you for all the laughters you have given us.

Jumat, 04 Juli 2014

Go Jokowi JK


Gue sama keluarga (maksudnya orangtua) seumur-umur belum pernah GOLPUT. Oh, bukannya mau membanggakan diri tapi memang ada sih alasan-alasannya.

Pertama, walau tahu yang dipilih bakal itu lagi, itu lagi, pas baru ikut PEMILU pertama kali gue merasa girang. Rasanya resmi jadi orang dewasa di Indonesia (apa hubungannya jadi dewasa sama nyoblos pemilu?) Tapi rasa girang itu jadi lenyap karena mendapat panggilan oleh... (isi sendiri) bertempat di.... (tebak sendiri) dan ternyata berujung pada penyuluhan (kalau gak mau dibilang pemaksaan). Gue dan beberapa orang yang saat itu baru pertama kali memilih DIMINTA untuk menyoblos yang itu-itu lagi. Dan karena gue juga tipe orang yang berpegang pada prinsip yang penting gue aman; gue dan yang lainnya langsung mengiyakan saja. Dan dirumah juga dapat penyuluhan lagi dari orangtua. Katanya, inget-inget untuk tidak milih yang lain selain yang udah kasih makan selama bertahun-tahun. Hadeh...

Rabu, 02 Juli 2014

MAD JAKARTA


Ada voucher makan dim sum sepuasnya! Yay! Tapi tunggu dulu, apakah hanya judulnya saja makan sepuasnya? Ternyata tidak. Ada beberapa jenis dim sum yang bisa dinikmati sepuasnya dengan harga paket Rp 99.000,- sudah bersih. Jadi jelas gue tertarik. Ada ketentuan kalau sampai tidak mampu menghabiskan makanan yang dipesan maka makanan yang tidak habis itu akan dikenakan biaya sesuai yg ada di menu. Jadi misalnya pesen 10 siew mai tapi habisnya hanya 5, maka 5 porsi sisanya itulah yang harus dibayar. Lengkap dengan tax dan service.

Reservasi harus dilakukan setidaknya sehari sebelum makan. Untuk yang menggunakan voucher diberikan batasan jam makan. Iyalah. Namanya juga makan sepuasnya kalau gak dibatasin bisa nongkrong dari pagi sampai malem kaleee.... Saya melakukan reservasi untuk jam 1 hingga jam 3.

Saat saya datang sekitar jam 12.30 dan memperlihatkan voucher tersebut di MAD, saya langsung dipersilahkan masuk. Saya pikir, okeh nih... Saya bisa memesan makanan terlebih dahulu sembari menunggu kedua teman makan datang. Tapi disinilah kesalahan saya. Saya tidak berusaha bertanya sebenarnya menu yang tertera yang bisa kami pesan berkali-kali. Saya cuman mengandalkan feeling dari bahasa Inggris yang pas-pasan dan memesan sekitar 4 jenis dim sum. Pesanan saya masuk jam 12.46 PM dan sekitar jam 13.15 kedua teman saya datang. Ia menanyakan apa saja yang sudah saya pesan dan sambil menunggu, kami memesan Jasmine tea. Soalnya bisa refill (ketebak banget deh modusnya). Tunggu punya tunggu sambil ngobrol hingga jam 13.30 kok yang nongol baru satu? Kehilangan kesabaran kami mulai bertanya pada setiap pelayan yang lewat. MAsalahnya nih, siapa yang tidak jengkel kalau hanya bisa menatap makanan yang lewat tapi ternyata pesanan orang lain? Jadi karena kesal sudah kelamaan menunggu, kami mulai memesan 2 porsi untuk setiap menu makanan. Bahkan untuk chicket feet, kami minta tambahan 5 porsi lagi! Sudah tidak jelas ini dorongan karena lapar atau keki.

Ria's Been Here

Ria Tumimomor’s Travel Map

Ria Tumimomor has been to: France, Germany, Indonesia, Italy, Netherlands, Singapore, South Korea, Switzerland.
Get your own travel map from Matador Network.